Inilah Penyebab Anak Autis Sulit Hidup Normal - Anak-anak autistik memiliki kemampuan visual yang lebih rendah sehingga mereka kesulitan menemukan benda-benda, seperti mencari sepatu di kamarnya atau apel di rak supermarket. Kemampuan visual yang rendah ini bisa mengganggu mereka untuk hidup normal.
"Hasil studi terbaru ini menemukan anak autis tidak mampu mencari suatu objek dalam situasi kehidupan nyata dengan efektif. Padahal, kemampuan ini penting agar mereka hidup mandiri," kata tim peneliti dari Universitas Bristol Inggris dalam keterangannya.
ILUSTRASI: Anak-anak autistik memiliki kemampuan visual yang lebih rendah sehingga mereka kesulitan menemukan benda-benda, seperti mencari sepatu di kamarnya atau apel di rak supermarket. Kemampuan visual yang rendah ini bisa mengganggu mereka untuk hidup normal.
Para peneliti melakukan penelitian terhadap 40 anak, separuhnya anak autis, untuk mencari benda target dalam ruangan tes yang digambarkan mirip dengan kehidupan sehari-hari. Sebelumnya anak-anak ini diminta melakukan tes menggunakan komputer atau tes langsung di atas meja.
Berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa anak autis lebih sensitif pada aturan atau sistem, seperti angka, program komputer atau jadwal kereta, ternyata sifat itu tidak muncul dalam penelitian ini. "Mereka justru tidak efisien dan berantakan dalam melakukan pencarian," tulis peneliti.
Padahal dalam penelitian ini benda target diletakkan di satu sisi dalam ruangan sehingga anak-anak itu bisa lebih cepat mencari karena sistem peletakan barangnya terpola.
"Hasil riset ini penting untuk pemahaman kita tentang masalah yang dimiliki para penyandang autisme dalam kesehariannya. Problem yang mereka miliki tidak hanya terbatas pada hidup dan bergaul di dunia sosial. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa mereka mungkin memiliki masalah dengan proses fundamental yang kita semua mengalaminya sepanjang waktu," ungkap Iain Gilchrist, peneliti dari Universitas Bristol.
Anak-anak penyandang autis yang cenderung meningkat jumlahnya perlu mendapat perhatian secara serius dalam pendidikan. Namun, pendidikan yang mesti dijalankan secara khusus sesuai karateristik tiap anak butuh pendampingan pendidik khusus atau terapis yang masih terbatas jumlahnya.
Ketua Pembina Yayasan Cinta Harapan Indonesia atau Autism Care Indonesia Zulfikar Alimuddin dalam acara pelatihan tingkat nasional bagi guru pembimbing khusus di Jakarta mengatakan persoalan yang perlu diperhatikan adalah penanganan anak autis yang perlu perhatian khusus itu menjadi kendala bagi keluarga tidak mampu. Selain itu, tenaga pendidik khusus atau terpais yang ada tidak berimbang jumlahnya dengan penyandang autis sehingga mahal.
Zulfikar mengatakan, satu dari 100 anak Indonesia usia 0-12 tahun merupakan penyandang autisme. Di Indonesia, jumlah anak penyandang autis meningkat pesat. Dalam kisaran 500.000 anak Indonesia penyandang autis, sebagian berasal dari golongan keluarga tidak mampu.
0 komentar:
Posting Komentar